ASWAJA MULHIDIYYAH meyakini bahwa ARSY akan di hancurkan di hari kiamat nanti

Tinggalkan komentar

30 November 2012 oleh abuhurairohjakarty

بسم الله الرحمن الرحيم

ASWAJA BERKATA :

Imam Nawawi istawa ‘alal ‘arsy maknanya menguasai ‘arsy dan bukan bertempat di atas ‘arsy ^_^^_^ karena ‘arsy itu adl makhluk Allah, yg menurut Allah ‘arsy itu KECIL dan kelak saat kiamat ‘arsy juga hancur dan musnah

 KLIK DI SINI LINK ARGUMEN ASWAJA BERNAMA IMAM NAWAWI

Allah Ta’ala berfirman, 

فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ (106) خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ (107) وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ (108) 

“Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih), mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS. Huud: 106-108)

Ayat kedua, Allah Ta’ala berfirman, 

وَأَوْرَثَنَا الأرض نَتَبَوَّأُ مِنَ الجنة حَيْثُ نَشَاء 

“Dan telah (memberi) kepada kami bumi (tempat) ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki.” (QS. Az Zumar: 74)[11] 

Keenam: Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengungkapkan, “Sekelompok ulama menjelaskan mengenai firman Allah (yang artinya), “Selama langit dan bumi itu ada”, yaitu yang dimaksud adalah langit dari surga dan bumi dari surga. Sebagaimana disebutkan dalam Shahihain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian ingin meminta pada Allah, mintalah surga Firdaus. Firdaus adalah surga yang paling tinggi dan merupakan surga pilihan. Sedangkan atap (langit) dari surga tersebut adalah ‘Arsy Allah”. Begitu pula sebagian ulama ketika menjelaskan mengenai firman Allah,

وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ 

“Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.” (QS. Al Anbiya’: 105). Yang dimaksudkan di sini adalah bumi di surga. Oleh karena itu tidak bertentangan antara yang menyatakan langit akan terlipat (yaitu langit dunia, pen). Sedangkan langit yang tetap terus ada adalah langit (atap) dari surga. Oleh karena itu, yang mesti kita pahami adalah segala sesuatu yang berada di atas, maka ia disebut secara bahasa dengan langit (as samaa’). Sebagaimana pula hujan disebut dengan samaa’ (langit). Dan atap juga disebut dengan samaa’ (langit).”[Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 15/109, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426 H. ]

Dan Segala Sesuatu Yang Telah Ditetapkan Kehancurannya Maka Akan Hancur, Kecuali Surga dan Neraka, ‘Arsy, Sangkakala, Al Qalam, dan Lauhul Mahfuzh

Berkata Al Imam Al Barbahari Rahimahullahu Ta’ala:وكل شيء مما أوجب الله عليه الفناء يفنى إلا الجنة والنار والعرش والكرسي والصور والقلم واللوح ليس يفنى شيء من هذا أبدا ثم يبعث الله الخلق على ما أماتهم عليه يوم القيامة يحاسبهم بما شاء فريق في الجنة وفريق في السعير ويقول لسائر الخلق ممن لم يخلق للبقاء كونوا تراباDan segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wata’ala kehancurannya maka akan hancur, kecuali Surga dan Neraka, ‘Arsy, Sangkakala, Al Qalam, dan Lauhul Mahfuzh, tidak akan punah dari hal ini sedikitpun selama-lamanya. Kemudian pada hari kiamat Allah Subhanahu wata’ala akan membangkitkan semua makhluk sesuai dengan keadaan mereka masing-masing ketika Allah Subhanahu wata’ala mematikannya, dan Allah Subhanahu wata’ala akan menghisab mereka dengan sekehendaknya. Sebagian di Surga dan sebagian di Neraka yang menyala-nyala dan Allah Subhanahu wata’ala akan mengatakan kepada seluruh makhluk yang tidak diciptakan untuk kekal, “Jadilah kalian debu”.

Syaikh Allamah Ahmad bin Yahya An Najmi

Ucapan beliau (Al Imam Al Barbahari Rahimahullah),

وكل شيء مما أوجب الله عليه الفناء يفنى إلا الجنة والنار والعرش والكرسي والصور والقلم واللوح ليس يفنى شيء من هذا أبدا

“Dan segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah kehancurannya maka akan hancur, kecuali Surga dan Neraka, ‘Arsy, Sangkakala, Al Qalam, dan Lauhul Mahfuzh, tidak akan punah dari hal ini sedikitpun selama-lamanya.”

Semua yang disebutkan di atas tidaklah diciptakan untuk punah sedikitpun. Bahkan semua itu telah diciptakan sebelum langit dan bumi. Dan ketika alam semesta ini hancur, tidak ikut hancur bahkan akan tetap kekal. Surga disediakan untuk penghuninya, demikian juga Neraka disediakan untuk penghuninya. Setelah kebangkitan dan hisab, masing-masing (Surga dan Neraka) akan didatangi oleh orang-orang yang dikehendaki Allah Subhanahu wata’ala untuk masuk ke dalamnya dengan amalan-amalan mereka,

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلا كَبِيرَةً إِلا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun”. (Al Kahfi: 49)

Ahlul Jannah akan masuk memakmurkan Surga dan akan tinggal di dalamnya sampai waktu yang tiada batasnya. Sedangkan Ahlun Naar akan tinggal di dalam Neraka sampai waktu yang tiada batasnya, kecuali nerakanya orang-orang yang bertauhid (Muwahhidin) yang diadzab karena dosa-dosa yang mereka kerjakan, kemudian mereka akan dikeluarkan darinya dan dimasukkan ke dalam Jannah. Adapun Nerakanaya orang-orang kafir dan orang-orang Munafiq yang telah Allah Subhanahu wata’ala tetapkan sebagai orang yang kekal di dalamnya, maka mereka akan tinggal di dalamnya hingga masa yang tiada batasnya.

Ucapan beliau Rahimahullah,

ثم يبعث الله الخلق على ما أماتهم عليه يوم القيامة يحاسبهم بما شاء فريق في الجنة وفريق في السعير

“Kemudian pada hari kiamat Allah Subhanahu wata’ala akan membangkitkan semua makhluk sesuai dengan keadaan mereka masing-masing ketika Allah Subhanahu wata’ala mematikannya, dan Allah Subhanahu wata’ala akan menghisab mereka dengan sekehendak-nya. Sebagian di Surga dan sebagian di Neraka yang menyala-nyala”.

Yakni Allah Subhanahu wata’ala akan membangkitkan setiap makhluk sesuai dengan keadaan mereka tatkala Allah Subhanahu wata’ala mematikannya pada hari kiamat dan menghisab amalan-amalan mereka serta memberikan balasan kepada mereka sesuai dengan amalannya. Allah Subhanahu wata’ala memiliki hikmah yang sangat tandas dalam urusan hamba-hamba-Nya dan Allah Subhanahu wata’ala memiliki hujjah yang sangat telak atas hamba-hamba-Nya,

وَلا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

“Dan Rabbmu tidak akan menzhalimi siapapun.”

Masing-masing akan dibalasi sesuai dengan amalannya (sewaktu di dunia). Apabila baik amalannya maka balasannya pun juga baik, dan apabila buruk amalannya maka balasannya pun juga buruk.

Dan akan dikatakan kepada seluruh makhluk dari makhluk-makhluk yang diciptakan bukan untuk hidup kekal,

كونوا ترابا

“Jadilah kalian debu (tanah)”. [1]

Alam (makhluk) dibagi menjadi dua:
1. Yang berakal dan mukallaf
2. Yang tidak berakal dan tidak pula mukallaf.

Adapun makhluk yang berakal dan mukallaf adalah jin dan manusia, merekalah yang akan dihisab amalannya pada hari Kiamat dan dibalasi sesuai dengan yang mereka perbuat.

Adapun binatang, burung, binatang liar, dan serangga, dan itulah makhluk yang tidak berakal dan tidak pula mukallaf. Kepada makhluk-makhluik yang seperti ini Allah akan mengatakan kepada mereka, “Jadilah kalian debu (tanah)”, maka mereka pun menjadi debu.

Yang demikian itu setelah selesai hikmah dari keberadaannya dan sebagian mereka mengambil qishash dari yang lain hingga kambing yang tidak bertanduk mengqishash kambing yang bertanduk [2]. Kemudian setelah itu mereka menjadi debu. Dan hal ini telah diisyaratkan oleh ayat dalam surah An Naba’, yaitu firman Allah Subhanahu wata’ala,

إِنَّا أَنْذَرْنَاكُمْ عَذَابًا قَرِيبًا يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا

“Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: “Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah”. (An Naba’: 40)

Ayat ini mengisyaratkan makna perkataan di atas, yakni orang-orang kafir berangan-angan untuk menjadi debu seperti makhluk-makhluk yang bukan mukallaf. Wabillahit taufiq.

[Dari Kitab Irsyaadus Saari ila Taudhihi Syarhis Sunnah lil Imam Al Barbahari, Edisi Indonesia Penjelasan Syarhus Sunnah Imam Al Barbahari Meniti Sunnah di Tengah Badai Fitnah oleh Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi, Penerbit Maktabah Al Ghuroba, hal 256-259]

Footnote:

[1] Disebutkan oleh Al Imam Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsirnya, firman Allah Subhanahu wata’ala,

وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا

“Dan orang kafir berkata: “Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah”. (An Naba’: 40)

Bahwasanya terdapat atsar dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu dan Abdullah bin Amr Radhiallahu’anhu dan yang lainnya bahwa hal ini terjadi tatkala Allah Subhanahu wata’ala memberi keputusan di antara hewan-hewan hingga diberi kesempatan bagi kambing yang tidak bertanduk untuk mengqishash kambing yang bertanduk. Apabila telah selesai Allah SUbhanahu wata’ala mengatakan kepada mereka, “Jadilah kalian debu!” Maka mereka pun menjadi debu sehingga orang-orang kafir berangan-angan pada saat itu untuk menjadi debu seperti mereka.

[2] Sebagaimana hadits Abu Hurairah riwayat Muslim dalam Kitabul Birr wa As Shilah, bab “Tahrimu Azh Zhulmi”.

Tinggalkan komentar